Corona dan Ulahnya
Siapa sih Corona?
Nih kenalin, anak kecil yang lagi ramai dihindari banyak orang, akrabnya sih disebut Corona atau COVID-19, ya. Tapi jangan keliru ya, nama virusnya itu SARS-CoV-2, sedangkan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) adalah nama penyakitnya. Loh, ko ada SARS-nya, mereka berdua itu sama? Mereka tergabung dalam keluarga besar Coronavirus (CoV) yang di antaranya ada MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome), SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome), dan SARS-CoV-2 ini.
Meskipun mereka bertiga masih satu keluarga, ada perbedaan pada masa inkubasi penyakit, penyebaran, dan pengobatannya. Pasti kalian pernah curi dengar kalau mereka yang terpapar virus Corona ini sulit dideteksi gejala penyakitnya (symptom), karena masa inkubasi penyakit COVID-19 membutuhkan waktu 1–14 hari dengan rata-rata 5 hari, maksudnya pemeriksaan orang yang terpapar akan lebih sulit divonis dibanding MERS dan SARS jika belum melewati masa inkubasi penyakitnya. Penyebaran tiga Corona ini berasal dari hewan yang terjangkit virus ini juga, cara penyebarannya disebut dengan transmisi zoonosis. SARS diketahui menyebar melalui luwak ke manusia, kalau MERS dari unta berpunuk, dan COVID-19 muncul di akhir Desember 2019 dengan dugaan dari daging kelelawar yang dikonsumsi oleh masyarakat di Wuhan, Cina.
Pengobatan pada COVID-19 hingga saat ini masih diteliti dan dikembangkan, tidak seperti SARS dan MERS yang lebih dulu populer dan pastinya sudah mempunyai vaksin, yaitu seperti pemberian lopinavir, ritonavir, serta obat antivirus spektrum luas terbaru bernama remdesivir.
Terus tanda-tanda terinfeksinya kayak apa?
Berhubung keluarga Corona ini menghasilkan penyakit infeksi virus pada saluran pernafasan, maka COVID-19 pada derajat ringan dapat menyebabkan demam, batuk, pilek, dan kesulitan bernapas atau napas pendek. Tapi perlu dipastikan lagi oleh faktor lain, seperti gejala tersebut semakin memburuk, orang tersebut pernah melakukan kontak langsung dengan mereka yang positif mengidap COVID-19, dan pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit virus Corona ini.
Ada istilahnya nih untuk mempermudah kalian mengerti status seseorang dalam dunia per-COVID-19-an;
1. ODP (Orang dalam Pemantauan)
ODP ini adalah orang yang memiliki riwayat berpergian ke negara yang terjangkit Corona atau melakukan kontak langsung dengan pasien COVID-19 sehingga perlu dilakukan pemantauan dan belum menunjukkan gejala sakit, tapi perlu diingat orang dengan status ODP belum tentu positif COVID-19, ya!
2. PDP (Pasien dalam Pengawasan)
PDP adalah status untuk orang yang memiliki gejala demam dengan suhu badan ≥38˚C, pneumonia ringan atau berat dan memiliki riwayat berpergian ke negara yang terjangkit Corona atau melakukan kontak langsung dengan pasien COVID-19
3. Suspect atau tersangka
Orang yang sudah menunjukkan gejala umum COVID-19, selanjutnya suspect akan diperiksa spesimennya menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Genome Sequencing.
Selain itu, imunitas atau ketahanan diri kita juga bisa menjadi alasan gejala terinfeksi Corona ini berbeda dengan orang lain. Kalau kamu merasa pernah berkunjung ke negara yang terjangkit virus atau melakukan kontak langsung dengan pasien, dan mulai merasakan gejala umumnya, lebih baik melaporkan dirimu untuk diperiksa dan ditindaklanjuti oleh pihak kesehatan, ya! Lebih baik didiagnosis lebih awal daripada nanti sudah terlanjur parah ya teman-teman. Selain itu, jangan panik jika merasa beberapa dari gejala umum COVID-19, kalau seminggu kamu di rumah dan berdiam diri depan AC lalu merasa demam, pilek, dan mual, bisa jadi kamu cuma masuk angin, ya!
Kalo gitu, pencegahannya gimana?
Penyebaran virus Corona yaitu melalui droplet atau cairan, seperti air liur. Maka ada beberapa pencegahan yang dapat kamu lakukan, yaitu di antaranya:
1. Jaga kesehatan
Penuhi asupanmu dengan makanan yang bergizi dulu ya, jaga imunitas tubuhmu, bisa dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung jahe dan kunyit, kurangi mengonsumsi minuman dingin dulu, nanti kalau kamu minum es lalu pilek, tandanya imunmu mulai menurun dan akan lebih mudah terjangkir virus lainnya.
2. Lebih sering cuci tangan
Memang sudah seharusnya sebelum makan untuk mencuci tangan, tapi bisa jadi kamu lupa, maka itu kami ingatkan lagi! Penyebaran virus Corona melalui droplets yang langsung jatuh ke permukaan benda sekitar. Jika ada orang yang bersin dan ternyata membawa virus Corona, air liurnya bisa hinggap di gawaimu, lalu kamu asik buka sosial media, ketika hendak makan, eh tenyata kamu lupa untuk mencuci tangan, maka masuklah virus Corona tersebut ke tubuhmu.
3. Pakai masker, jika kamu merasa kurang sehat
Kamu sedang batuk dan pilek, sering bersin-bersin tapi kamu sesekali butuh keluar rumah karena beberapa hal yang penting. Coba pakai masker agar air liurmu tidak menyebar ya, lagipula kamu tidak ingin, kan, menjadi penyebab seseorang jatuh sakit, apalagi orang terkasih. Karena kamu belum tahu apakah kamu terinfeksi virus Corona atau tidak, jadi lebih baik pakai masker aja, yuk!
4. Social Distancing
Sudah keluar surat imbauan di sekolah untuk melaksanakan 14 hari kegiatan belajar mengajar daring, kan? Itu yang disebut dengan social distancing, atau menjaga jarak untuk kegiatan sosial secara langsung. Karena penyebaran virus Corona ini cepat dan melalui droplet, lebih baik kamu di rumah dan melakukan aktivitas dalam jaringan (online). Selain itu, social distancing juga memberi kesempatan jika ada yang tertular virus Corona untuk menginkubasi-kan penyakitnya dan memberhentikan bertambahnya penyebaran. Misalkan dalam kurun waktu 14 hari, kamu berpergian di hari ke-10, kamu terjangkit virus Corona dari tempat yang kamu kunjungi dan membawa virus tersebut ke dalam rumahmu. Selain tanpa sengaja mempercepat laju penyebaran virus Corona, kamu juga mempersulit diagnosis pada dirimu sendiri, yang mana pada hari ke-14, kamu menyangka kamu tidak terjangkit karena belum merasakan gejalanya, namun beberapa hari kedepan kamu baru menyadari hal tersebut. Maka dari itu, yuk kompak tidak keluar rumah jika memang tidak diperlukan!
Kalau penyebaran Corona cepat, kenapa tidak diberlakukan lockdown?
Persiapan negara sangat diperlukan ketika mengambil tindakan lockdown atau pemberhentian kegiatan sementara sampai waktu yang ditentukan, seperti Wuhan ketika daerah tersebut sudah terbilang zona merah. Perlu diketahui bahwa kemungkinan lockdown untuk satu wilayah negara Indonesia tidak akan berjalan efektif, karena jika lockdown terjadi, semua kegiatan akan mati sementara, terutama transaksi dagang yang memungkinkan akan mematikan perekonomian Indonesia, penerbangan berhenti, tempat wisata sepi, yang menghasilkan potongan gaji bagi para pekerja atau bahkan PHK, atau bahkan tidak adanya pemasukan ke uang negara dan mengakibatkan nilai rupiah yang anjlok, yang terburuk adalah terulangnya peristiwa Krisis Moneter. Selain itu, akan terjadi pula dampak dari ketimpangan sosial, ketika lockdown dilakukan, masyarakat tingkat atas akan menyimpan bahan makanan dan keperluan lebih banyak dibanding maskyarakat tingkat menengah dan bawah yang tidak memiliki harta sebanyak masyarakat tingkat atas untuk melakukan transaksi, lalu begitu kebutuhan habis dan sudah tidak bisa ditemukan, akan memunculkan lebih banyak kekacauan.
Mungkin jika dilangsungkan lockdown partial di daerah zona merah seperti China pada Wuhan, dan Korea pada Daegun, akan lebih efektif dan mengurangi resiko timbulnya kekacauan yang lebih parah. Namun sejauh ini, yang bisa kita lakukan adalah me-lockdown diri sendiri, yaitu dengan social distancing sebagaimana yang sudah dijelaskan, sedikit orang yang bersosialisasi secara langsung akan berdampak besar pada penuruan laju penyebaran COVID-19.
Meskipun angka kematian akibat COVID-19 tidak lebih tinggi dibandingkan SARS dan MERS. Angka kematian SARS mencapai 10%, sedangkan MERS mencapai 37%. Namun, penularan COVID-19 yang lebih cepat dibandingkan SARS dan MERS membuat jumlah penderita penyakit ini meningkat tajam dalam waktu singkat. Maka dari itu, yuk mulai pencegahan dari diri kita sendiri!